Sabtu, 25 Oktober 2014

Cerpen Dinda



Apakah ???
Hari sudah beranjak sore, mahasiswi berparas manis itu masih duduk di perpustakaan sambil membaca bukunya, Raisa Indriyani itulah nama mahasiswi itu, mahasiswi jurusan hukum,dia cukup cantik walaupun tubuhnya tidak terlalu tinggi, tapi dia cakap dalam berdialog, dia juga sangat lincah, selain itu dia banyak memberikan sumbangsih kepada kampus, mungkin karena itulah dia terpilih segai ketua himpunan jurusan di kampusnya.
                “Raisa.... kamu belum pulang ?” tanya salah seorang temannya
                “ iya.. ini lagi bikin proposal untuk penggalangan dana”..
                “ penggalangan dana ? penggalangan dana apa sa ?”
                “ ini buat sutinah, TKI yang mau dihukum gantung itu loh”
                “ alah sa.. gitu aja repot, lagian kita juga ga’ kenal kan,..”
                “ kenal ko’, kan kita sama-sama perempuan, lagian kamu ga’ ngerasa kasihan ma dia, gimana coba        kamu yang ngerasain hal seperti itu,atau keluargamu yang mengalami hal seperti itu, ibumu misalnya,            lagipula TKI itu juga termasuk pahlawan sinta sayang, pahlawan devisa, kamu tau ga’ berapa sumbangsih para TKI itu kepada negara. Kalo ga’ tau makanya kamu harus lebih banyak belajar lagi, banyakin baca buku, jangan Cuma baca majalah fashion aja,tapi baca juga buku yang bisa buat otak kamu gak gaptek ilmu pengetahuan umum, fashion sih boleh aja, tapi apa salahnya coba baca buku yang lebih bermakna dikit,...”
                “yaaa ampun dech sa... kamu malah ceramah panjang gitu..kambuh dehg penyakit lamanya.. capek tau sa dengar kamu ceramah mulu”
                “ nah tuh kan dikasih tau malah ngeyel, lagian yang aku..
                “ raisa... aku balik duluan yah.. udah ditunggu ma kak imran.. dah....
                “ loh kok pulang.. aku belum selesai bicara sin..”
Tapi sinta sudah jauh berjalan meninggalkannya. Jamnya sudah menunjukkan pukul 17.35, dia sudah ingin pulang. Aktifitas di kampus sudah membuatnya cukup lelah.hari ini dia berencana untuk tidak melakukan apapun di rumah. Raisa hanya tinggal seorang diri, dia tidak mempunyai saudara, ibunya merantau ke Kalimantan untuk bekerja, sedangkan ayahnya telah lama meniggal dunia.Raisa memang sudah terbiasa hidup sendiri, tapi itu tidak membuatnya kesepian,karena dia memang aktif di berbagai organisasi kampus serta kegiatan sosial, kali ini dia berencana untuk mengadakan penggalangan dana bersama organisasi yang dibentuknya 1 tahun terakhir Sang Pencerah  untuk seorang TKI bernama sutinah yang harus dihukum pancung karena membunuh majikannya yang hendak menodai kesuciannya.
Raisa memang selalu bangga kepada wanita, bukan karena dia terlahir sebagai seorang wanita, tapi kecintaanyalah kepada ibunya serta perjuangan para wanita-wanita yang telah berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia, RA.Kartini,Cut nyak dien,Dewi Sartika, dan masih banyak wanita-wanita pejuang lainnya yang membuatnya semakin kagum kepada sosok wanita, karena itulah melalui Sang Pencerah dia berencana untuk memperjuangkan hak-hak wanita yang tertindas.
Siang ini sinar matahari kian panas padahal jam baru menunjukkan pukul 09.00 pagi, sungguh jauh berbeda dengan udara yang sering dirasakannya di kampung halamannya di Bogor sana.sejumlah agenda telah Raisa siapkan untuk hari ini, kuliah,penggalangan dana, dan mengajar di sekolah darurat.
               
                “Raisa, penggalangan hari ini dimulai jam berapa, sory kemarin aku ga’ ikut rapat, ?”
                   “ ntar,, jam 2 siang di bundaran HI, tapi kita kumpulnya jam 1 sekalian breafing,jangan telat yah, aku mau ketemu ma anak-anak yang lain dulu”
                   “ okeh..”
Sesampainya di sekretariat Raisa melihat temannya-temannya telah banyak yang datang, Raisa sangat bangga kepada teman-temannya, karena mereka masih bersedia meluangkan waktu mereka untuk kegiatan sosial seperti ini walaupun tugas kampus dan urusan yang lain-lainnya masih banyak.
                   “ Raisa, nih aku dapat sumbangan dari BEM Rp.3.000.000, lumayanlah..”
                   “ iya.. makasih yah teman-teman, mudah-mudahan ini semua berkah..hari ini ada yang kuliah gak ?”
                   “ aku,vhyna,ryan,sama anto ntar ada kuliah jam 10 sa,”
                   “aku juga sa, tapi aku ga’ masuk soalnya lagi malas aja, ntar ga’ ada yang bantuin kamu di sekret”
                   “alaaaahh... bilang aja kamu lgi pengen PDKT ma raisa”
                   “akh.. udah dong teman-teman.. makasih yah dimas,udah mau temenini aku.”
                   “ ya udah kalo gitu, kita masuk dulu yah sa,mas,.. daaaahhhh...”
                   “ daaahhhh....”
Jam sudah menunjukkan pukul 13.00, matahari sudah sangat menyengat kulit, tapi semangat para pemuda-pemuda ini tidak surut demi menyelamatkan seorang pahlawan devisa,mereka menuju di bundaran HI,tempat yang cukup strategis untuk mengadakan penggalangan dana.
                “teman-teman, aku mau cari toilet dulu yah,udah kebelet nih..”
                “ iyah,, jangan lama-lama yah sa..”
Suara itu tiba-tiba mengagetkan semua  teman-teman Raisa,beberapa mobil telah hancur di depan mata,darah berceceran di jalan,tubuh raisa tergeletak di sana,darah mengalir dari kepalanya,Raisa sang aktivis kampus, seseorang yang sangat menghargai wanita karena kesabaran dan perjuangan seorang wanita dalam memperoleh kemerdekaan.
Raisa sahabat yang sangat sempurna untuk teman-temannya,Raisa mahasiswi jurusan hukum yang lincah,kini tidak ada lagi...
Apakah ada Raisa-Raisa lain diluar sana ?
....